Masalah lingkungan seperti pemanasan global, rusaknya keanekaragaman hayati sampai penggundulan hutan masih terus meningkat di Indonesia. Bahkan melansir Katadata.com, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat peristiwa bencana alam di tahun 2022 kemarin mencapai 3.531.
Jumlah tidak bisa dianggap remeh dengan bencana tertinggi ada pada cuaca ekstrem. Perlu kamu catat, hanya masyarakat adat dan komunitas lokal yang masih terus berjuang untuk melindungi bumi. Sehingga bencana-bencana tidak menjadi lebih parah. Seperti apa peran masyarakat adat serta komunitas lokal ini, yuk cek infonya.
Belajar Tentang Masyarakat Adat bersama Eco Blogger Squad
Beberapa waktu lalu aku menjadi salah satu yang beruntung karena bisa mengikuti online gathering bersama Eco Blogger Squad. Hari itu, aku bertemu sosok yang mengagumkan bernama Kak Rukka. Kak Rukka adalah Sekretaris Jenderal Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN).
Kak Rukka dengan gaya bicaranya yang ngentrik dan asik membuatku lebih paham tentang apa itu Masyarakat Adat dan gimana perannya terhadap lingkungan.
Materi yang dibawakan Kak Rukka juga cukup emotional karena kita jadi agak bergidik gemas dengan kondisi yang ada saat ini.
Apa dan Siapa yang Termasuk Masyarakat Adat?
Masyarakat adat sudah pasti sudah jadi istilah yang sangat familiar di telinga bukan? Bahkan materi soal masyarakat adat sudah banyak dipelajari oleh siswa siswi di SD sampai dengan SMP.
Sampai hari ini masyarakat adat di Indonesia yang jumlahnya sampai sekitar 40 hingga 70 juta jiwa masih dianggap sebagai kaum minoritas. Diskriminasi pun masih sering terjadi karena banyak yang belum atau tidak paham mengenai siapa masyarakat adat itu sebenarnya.
Pengertian masyarakat adat sendiri diatur dalam UU nomor 17 Tahun 2019, isinya adalah masyarakat tradisional yang hidupnya turun temurun ada di wilayah geografis tertentu. Mereka diikat identitas budaya yang sangat kuat baik itu tanah, sumber daya alam, wilayah yang ada di dalam area adatnya.
Jadi jika menilik dari UU tersebut bisa diartikan bahwa masyarakat adat punya kedaulatan terhadap tanah serta kekayaan alam yang ada di dalamnya. Sedangkan untuk kehidupan sosial budaya mereka diatur hukum adat atau lembaga adat.
Di Indonesia masyarakat adat merupakan 25% populasi yang jumlahnya kurang lebih dari 2422 Komunitas Adat yang tersebar di seluruh provinsi. Beberapa di antaranya adalah masyarakat adat bugis, Cigugur, Dayak, Wanua, Papua, Toraja, dan masih banyak lagi.
Bagaimana Masyarakat Adat dan Komunitas Lokal Melindungi Bumi
Mengacu pada pengertian bahwa masyarakat adat memiliki keterikatan dengan wilayah dan sumber daya alam di dalamnya sudah jelas bagaimana perannya untuk melestarikan bumi.
Bahkan 80% keanekaragaman hayati budaya dan pelestarian hutan dilakukan oleh masyarakat adat dan komunitas lokal ini. Seperti apa peran masyarakat adat dan komunitas lokal ini melindungi bumi bisa dilihat dari beberapa contoh ini.
1.    Sasi di Masyarakat Adat Maluku
Masyarakat adat Maluku memiliki kearifan lokal yang digunakan untuk mengelola sumber daya alam dan disebut sebagai sasi. Di dalam sasi ini terdapat ketentuan mengenai larangan dan apa yang diperbolehkan bagi masyarakat ketika mengelola lingkungan hidup sampai dengan perlindungannya.
Mulai dari larangan untuk memanen atau mengambil sumber daya alam tertentu, guna menjaga populasi serta mutu dari sumber daya alam hayati. Penerapannya juga pada sumber daya alam hayati di darat serta laut.
2.    Masyarakat Adat Ngata Toro Menjaga Hutan Lore Lindu
Secara turun temurun, masyarakat adat yang tinggal di Sulawesi Tengah ini menjaga hutan dengan mengacu pada falsafah turun temurun yaitu mopahilolonga katuvua yang artinya mengurus alam dengan arif.
Berdasarkan falsafah ini masyarakat adat Ngata Toro memahami soal hubungan timbal balik antara manusia, hewan dan juga tumbuhan. Oleh karena itu banyak hal yang selalu diperhatikan ketika membuka lahan baru.
3.    Masyarakat Adat Desa Hatabosi Menjaga Sumber Air
Di Sumatera Utara, tepatnya pada masyarakat adat di Desa Hatabosi menerapkan tradisi Mantari Bodar yang merupakan menteri penjaga saluran air dan hutan. Melalui kearifan lokal inilah masyarakat adat mampu menjaga kelestarian hutan serta konservasi air yang jadi sumber utama kehidupan.
4.    Tradisi Badu bagi Masyarakat Adat Watodiri
Bagi masyarakat adat Watodiri di Nusa Tenggara Timur, laut adalah sumber kehidupan yang sangat penting. Selama turun temurun telah dijalani tradisi Badu yaitu batas kawasan laut badu.
Bukan hanya batas laut, tradisi Badu ini juga menerapkan beberapa larangan untuk menangkap ikan yang perlu dipatuhi. Tujuannya untuk melestarikan keseimbangan alam.
5.    Suku Baduy dalam Menjaga Kelestarian Alamnya
Suku Baduy yang hidup di Pegunungan Kendeng, Banten ini memiliki mata pencaharian bertani dan berladang. Alam yang ditinggali suku ini terus subur karena banyak praktek turun temurun yang terus dilakukan untuk menjaganya.
Mulai dari cara bertani yang tidak menggunakan sapi dan kerbau, termasuk dalam pembangunan rumah yang didirikan tanpa digali.
Masih banyak lagi contoh-contoh aktivitas yang dilakukan masyarakat adat untuk melestarikan bumi. Sayangnya masyarakat adat sampai saat ini masih terpinggirkan walaupun keberadaan serta haknya diakui UUD.
Tidak sedikit UU baru yang hadir bertentangan dengan hak masyarakat adat yang akhirnya membuat mereka kehilangan wilayahnya. Bukan hanya itu saja, beberapa masyarakat adat masih cukup terisolasi karena infrastruktur yang belum mumpuni.
Begitu juga masyarakat adat yang kesulitan untuk mendapatkan Kartu Tanda Penduduk (KTP) karena menganut aliran kepercayaan yang bukan salah satu agama diakui pemerintah Indonesia.
Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN)
Masih banyak hal lagi yang membuat masyarakat adat kesulitan memenuhi kewajiban dan mendapatkan hak-haknya. Padahal tanpa mereka kelestarian lingkungan hayati tidak dapat berlangsung dengan baik.
Demi menjaga keberlangsungan masyarakat adat, maka dibentuklah Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN). Sebagai organisasi kemasyarakatan independen dengan anggotanya adalah masyarakat adat di seluruh pelosok Indonesia.
Salah satu aktivitas yang dilakukan oleh AMAN yang sekarang sangat penting adalah pengelolaan Dana Nusantara. Dana ini dikelola AMAN bersama Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) dan Konsorsium Pembaruan Agraria (KPA).
Dana Nusantara bertujuan untuk menggerakkan pekerjaan di kampung agar lebih cepat. AMAN juga melakukan Kongres Masyarakat Adat Nusantara (KMAN) yang dilaksanakan lima tahun sekali sejak 1999. Dalam agenda ini seluruh masyarakat adat akan berkumpul dan memusyawarahkan dan berdialog aktif.
Masih butuh banyak hal untuk bisa memupuk dan membantu masyarakat adat yang punya peran besar dalam melestarikan lingkungan. Oleh karena itu kita sebagai masyarakat Indonesia juga harus turut mendukung dengan lebih baik.
Akhir kata, terimakasih Eco Blogger Squad, sampai jumpa di online gathering selanjutnya ya..